Name Tag

Minggu, 30 Juni 2013

Analisis Jurnal 1 (Bank dan Lembaga Keuangan 2)



Analisis Jurnal
“Arus Modal dan Krisis Pasar Modal: Ekonomi Sederhana Sudden Stop

Bank dan Lembaga Keuangan 2







Disusun oleh:
Wanda Anindita (27211355)


Kelas:
SMAK05
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2013


1.      Tema: Arus Modal dan Krisis Pasar Modal

Pengarang: Guillermo Calvo A.

Tahun: 1998

 

2.      Judul: Arus Modal dan Krisis Pasar Modal: Ekonomi Sederhana Sudden Stop

 

3.      Latar Belakang Masalah

Gejolak ekonomi pada tahun-tahun sekitar tahun 1998 di negara berkembang dan tidak begitu berkembang telah menyebabkan kebingungan para ahli ekonomi. Terjadinya Mecsico’s Tequila Crisis dikatakan sebagai akibat dari adanya defisit fiskal dan transaksi yang juga defisit pada tahun berjalan (CADs meksiko mencapai 8 persen dari PDB pada tahun 1994, dan meningkat menjadi 9 persen pada tahun 1995). Tequila membawa kembali kenangan dari 1982 mengenai penangguhan pembayaran Meksiko dan masalah utang internasional yang kemudian terjadi. Dapat dikatakan bahwa CADs tinggi dan tingkat tabungan rendah merupakan masalah besar Meksiko.

Namun krisis Asia 1997-1998 menimbulkan keraguan serius tentang relevansi pendapat tadi. Berbeda dengan Meksiko dan Amerika Latin lainnya (kecuali Chile), negara-negara Asia memiliki tingkat tabungan yang tinggi dan dalam beberapa kasus memiliki CADs rendah (Indonesia) dan surplus besar (Taiwan). Namun yang membingungkan para ahli ekonomi adalah krisis Asia justru kelihatan lebih dalam dan lebih lama dibandingkan dengan Tequila.

Akibat hal tersebut, banyak ahli mengungkapkan pendapat mereka. Di satu sisi, masih ada banyak tokoh mengklaim bahwa CADs adalah penyebab utama (karena CAD Thailand tinggi). Pada sisi lain, floaters mengklaim bahwa kesalahan ada pada fleksibilitas nilai tukar. Alasannya adalah karena nilai tukar telah sangat mendevaluasi setelah krisis.

 

4.      Masalah

Masih banyak kebijaksanaan akuntansi dasar yang belum dimanfaatkan. Secara khusus, Calvo akan menggunakannya untuk mendiskusikan mekanisme sudden stop pada arus modal masuk dan menunjukkan bahwa hal ini bisa memiliki efek merusak yang besar terhadap perekonomian, memvalidasi dugaan lemah yang mungkin menyebabkan istilah sudden stop. Calvo akan menunjukkan bahwa tidak perlu mempertanyakan solvabilitas negara dalam rangka dugaan self-fulfilling.

Meskipun struktur jatuh tempo utang dan mata uang adalah penting, Calvo akan menunjukkan bahwa krisis pasar modal bisa terjadi meskipun sebagian arus modal masuk merupakan investasi asing langsung.

Untuk tujuan memperingati. Jurnal ini bertujuan untuk meletakkan beberapa mekanisme dasar dimana sudden stop dapat memicu krisis, termasuk mekanisme peralamalan self-fulfilling yang membantu untuk merasionalisasi sudden stop. Jurnal ini juga menyediakan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk memprediksi krisis sudden stop.


5.      Metodologi

a.       Data

Jurnal ini merupakan jurnal penelitian baru (sendiri) yang tidak mencantumkan teori dari jurnal lain kecuali jurnal sebelumnya yang juga merupakan hasil penelitannya yaitu Calvo dan Mendoza (1997). Sehingga penelitian jurnal ini dilakukan dengan menyampaikan dugaan-dugaan lalu membuktikannya dengan mengambil contoh kondisi / pengalaman nyata mengenai krisis atau kondisi perekonomian berbagai negara di dunia seperti Amerika Latin, Argentina, India, Indonesia, Korea, Meksiko, Selandia Baru, Taiwan, Thailand, Uni Soviet, dan Venezuela. Jurnal ini juga menggunakan model eksplisit dan implisit yang mencantumkan beberapa kesetimbangan atau persamaan.

b.      Variabel

Seperti yang telah dikatakan bahwa jurnal ini menggunakan model eksplisit dan implisit yang mencantumkan beberapa kesetimbangan atau persamaan. Persamaan tersebut yaitu:

KI = CAD

CAD = Z – GNP = Z* – GDP* - NFTA

KI = CAD+ RA

KI           = Arus modal masuk

CAD       = Defisit neraca tahun berjalan

Z             = Permintaan agregat

Z*           = Permintaan tradables

GNP       = Produk nasional bruto

GDP*     = Produk domestik bruto  tradables

NFTA     = Faktor neto transfer luar negeri (net factor transfers abroad)

RA          = Akumulasi cadangan devisa per unit waktu

Model yang ada kemudian dikaitkan dalam memberikan dugaan, gambaran, penjelasan, dan pembuktian.

 

6.      Hasil

Jurnal ini membahas secara luas masalah-masalah yang telah disebutkan diatas dan memperoleh hasil sebagai berikut:

·         Ayunan negatif tinggi arus modal masuk (dari pasar modal maupun bukan pasar modal) atau sudden stop berbahaya karena dapat mengakibatkan kebangkrutan dan kerusakan sumber daya manusia dan saluran kredit lokal.

·         Besar defisit neraca berjalan yang berbahaya secara independen karena bagaimana mereka dibiayai akan dipertanyakan. Hal ini karena untuk menjaga defisit transaksi berjalan yang sama, "uang baru" sangat diperlukan dan hal ini sulit untuk didapatkan saat sudden stop.

·         Jika efek negatif dari pemotongan aliran modal cenderung meningkat dan semakin tinggi marginal propensity untuk dibelanjakan pada nontradables, maka asumsi konsumsi akan lebih nontradable-intensif daripada investasi, saham konsumsi yang dibiayai oleh arus modal akan lebih tinggi, dan semakin kuat kemungkinan akan dampak negatif dari sudden stop di masa depan.

·         Pendanaan jangka pendek (obligasi jangka pendek) mungkin menambah risiko sudden stop tersebut sejauh mereka berkontribusi untuk menghasilkan penurunan besar dalam arus modal masuk.

Jurnal ini juga memberikan saran kebijakan untuk menangani masalah yang terkait di dalam jurnal ini., yaitu:

·         Sektor keuangan berada di tengah-tengah aksi dan langsung, atau tidak langsung, harus menjadi kunci untuk solusi.

·         Kontrol (internasional) arus modal tidak bisa efektif kecuali mereka disertai dengan peraturan yang sesuai dari dalam negeri suatu pasar modal.

·         Kebijakan sektor keuangan harus mencakup sistem keuangan secara keseluruhan, termasuk transaksi dalam negeri, terutama yang dilakukan melalui lembaga-lembaga yang berada di bawah pengawasan dari bank sentral.

·         Sistem finansial tertutup dan terbelakang (misalnya, India) tidak harus didorong untuk meliberalisasi sektor keuangan dalam satu gerakan. Reformasi keuangan harus bertahap dan tidak boleh melebihi pembiayaan ekuitas. Pembuat kebijakan harus mengawasi perusahaan rasio leverage (yaitu, rasio obligasi / saham).

·         Sistem finansial terbuka (misalnya, Argentina dan Selandia Baru) harus disimpan dengan baik dan harus dilengkapi dengan aturan besi berlapis yang membuat negara stabil (Dewan Mata Uang Argentina adalah contoh yang baik).

·         Liberalisasi keuangan menghasilkan arus modal besar dari konsumen untuk perusahaan-perusahaan yang karena informasi yang terbatas cenderung mengambil bentuk kredit jangka pendek. Dengan demikian, arus ini harus cepat dikembalikan dan dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang serius. Selain itu, liberalisasi keuangan dapat menghasilkan (internasional) arus modal masuk besar melalui repatriasi modal, dengan potensi bahaya yang sama.

·         Peraturan kepailitan yang efisien adalah penting untuk mencegah krisis likuiditas yang dapat menghancurkan sember daya manusia spesifik yang besar.

·         Mengimbangi standar kebijakan moneter dan fiskal mungkin banyak gunanya sebagai kebijakan pasca krisis.

Jumat, 28 Juni 2013

World Financial Flow (Bank dan Lembaga Keuangan 2)



 

 =========================================================

 

Dalam pinjam meminjam dana secara langsung, seseorang / lembaga haruslah saling percaya dan memiliki dana (double coincidence). Namun dengan adanya bank, pinjam meminjam dapat dilakukan secara tidak langsung karena dana dari pihak yang surplus akan dihimpun untuk kemudian disalurkan lagi kepada pihak yang minus. Oleh karena itu, bank juga disebut sebagai financial intermediation atau perantara keuangan.

Ketika A menabungkan uangnya ke Bank Z, maka A akan memeroleh bunga yaitu i1. Kemudian uang tersebut akan dipinjamkan kepada B dan B harus membayar bunga sebesar i2 ke Bank Z. Selisih antara i2 dan i1 adalah penghasilan yang diperoleh Bank Z. Dengan kata lain i2 > i1.

A dan B dapat secara langsung terhubung tanpa perantara bank jika seandainya B terlibat dalam pasar modal dengan menjual saham dan A membelinya. Dengan begitu A dapat memiliki saham (surat kepemilikan perusahaan), memperoleh dividen (i3) pada akhir periode, dan capital gain (selisih harga jual dan harga beli saham jika dijual (i3), jika tidak dijual maka A memiliki potential gain). Atau jika B tidak ingin perusahaan dimiliki oleh pihak luar, maka B dapat menjual obligasi (surat hutang dan membayar diskonto (i3)) dan A dapat membelinya.

Motif orang memegang uang ada tiga yaitu transaksi, jaga-jaga, dan spekulasi. Hal tersebut adalah M1 dan M2. Sedangkan Uang yang terlibat dalam pasar modal adalah M3. Sehingga jumlah uang yang beredar terdiri atas M1, M2, dan M3.

 

 

 

Misalkan B meminjam uang sejumlah 100 jt kepada A kemudian B meninggal, maka Bank Zlah yang akan bertanggung jawab atas pinjaman 100 jt tadi (risk transfer). Maka untuk mengurangi resiko pembayaran tersebut, Bank Z mengasuransikan pinjaman tadi ke asuransi 1 dengan membayar 1 jt sehingga uang 100 jt yang seharusnya dibayar oleh Bank Z, akan dicover oleh asuransi 1. Namun karena asuransi 1 hanya sanggup menanggung 20 jt, maka asuransi 1 mengasuransikan kembali ke asuransi 2 (reasuransi) dengan membayar premi 800 rb. Sekarang asuransi 1 menanggung 20 jt dan hanya menerima 200 rb, sedangkan asuransi 2 menanggung 80 jt dan menerima 800 rb. Namun karena asuransi 2 hanya sanggup menanggung 25 jt, maka asuransi 2 mengasuransikan kembali ke asuransi 3 (rektosesi di luar negeri dan menjadi capital fligth) dengan membayar premi sebesar 550 rb. Sekarang asuransi 2 menanggung 25 jt dan menerima 250 rb, sedangkan asuransi 3 menanggung 55 juta dan menerima 550 rb.

 

 

 

Asuransi 3 menggunakan premi yang diterima untuk membuat perusahaan manajemen investasi kemudian membuat 3 perusahaan kecil yaitu perusahaan A1, A2, dan A3. Kemudian A1 membeli saham Bank Z di pasar modal sebesar 20%, A2 membeli saham Bank Z sebesar 30%, dan A3 membeli saham bank Z sebesar 30%. Jika dijumlahkan, maka kepemilikan perusahaan manajemen investasi atas Bank Z sudah lebih dari 50%, yaitu 80%. Artinya pihak asuransi 3 mampu mengendalikan Bank Z untuk menggunakan asuransi 1, kemudian mengendalikan Bank Z agar meminta asuransi 1 menggunakan asuransi 2, dan seterusnya hingga berputar kembali ke asuransi 3.

 


 

Sekarang permasalahannya adalah orang jarang yang ingin meminjam ke bank karena harus membayar bunga yang relatif tinggi. Karena bank bergantung kepada nasabah sejenis A dan B, jika nasabah sejenis B berkurang, maka bank harus mencari jalan keluar lain agar mampu membayar bunga (i1) kepada nasabah sejenis A. Bank Zpun membuka perusahaan PT 1 yang membeli motor dari pabrik PT Motor (PT Motor mendapat i5). Dengan bunga kredit yang murah, nasabah sejenis B memilih untuk mengkredit motor melalui PT 1 (leasing) kemudian PT Motor mengirim motor ke B dan B melakukan pembayarannya (i4) melalui Bank Z. Kemudian Bank Z membuka perusahaan PT 2 yang bergerak di bidang kartu kredit dan B membayar i4. Penghasilan PT 1 dan PT 2 berasal dari i4 – i2. Maka dapat diketahui bahwa i1 < i4, dan i2 > i4. Peminjam ke bank bukan hanya personal saja tetapi juga lembaga seperti Jasa Marga dan lain-lain.