Name Tag

Selasa, 20 September 2011

Mengenal Kota Palembang

Jembatan Ampera, Palembang
Sabagai orang yang berdarah palembang, saya ingin membantu mempromosikan kota yang menjadi ibu kota provinsi sumatera selatan ini. Palembang memiliki banyak kesenian dan budaya, memiliki berbagai santapan nikmat yang menjadi ciri khasnya, dan juga memiliki banyak objek wisata yang edukatif dan menghibur.

Berikut ini adalah budaya dan tradisi yang dimiliki oleh kota palembang:
-        Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang).
-       Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu dan tari     Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan.
-       Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.
-       Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit.
-       Selain itu, kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Di antara keluarga kain tenun tangan, kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini, kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu, kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China di masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang didatangkan langsung dari China, Jepang, dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.
-   Saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih ceria karena menggunakan warna-warna terang dan masih mempertahankan motif-motif tradisional setempat.
-   Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.

Pempek
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang. Berikut ini adalah makanan yang menjadi ciri khas kota Palembang:
-  Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak-otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabai, dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
-      Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
-       Pindang ikan patin khas Palembang, rasanya pedas, asam dan gurih.
-   Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).
-     Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong kecil-kecil dan kemudian disiram kuah santan  pedas.
-    Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.
-     Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.
-      Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.
-       Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie.
-    Martabak HAR, adalah makanan Khas dari timur.yang dibawah oleh warga keturunan. Berbahan dasar tepung terigu yang diberi telor bebek dan telor ayam, kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.
-      Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.
-      Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat.
-       Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah, dan gurih.
-    Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.
-     Otak-otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia, berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.
-    Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang hingga mengembang.
-       Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng.
-    Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya."
-     Kue Delapan Jam, dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini benar - benar sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam. Kue khas Palembang ini juga sering disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan di hari raya.
-      Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.

Berikut ini adalah tempat yang dapat anda kunjungi jika anda berada di kota Palembang:
-    Sungai Musi, sungai sepanjang sekitar 750km yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir ini merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak dahulu Sungai Musi telah menjadi urat nadi perekonomian di Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan. Di sepanjang tepian sungai ini banyak terdapat objek wisata seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Pulau Kemaro, Pasar 16 Ilir, rumah Rakit, kilang minyak Pertamina, pabrik pupuk PUSRI, pantai Bagus Kuning, Jembatan Musi II, Masjid Al Munawar, dll.
-     Jembatan Ampera, sebuah jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang melintas di atas Sungai Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota Palembang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan dibangun dengan menggunakan harta rampasan Jepang serta tenaga ahli dari Jepang.
-      Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, terletak di pusat Kota Palembang, masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah.
Benteng Kuto Besak
-   Benteng Kuto Besak, terletak di tepian Sungai Musi dan berdekatan dengan Jembatan Ampera, Benteng ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Di bagian dalam benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya dan rumah sakit. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa.
-     Gedung Kantor Walikota, terletak di pusat kota, pada awalnya bangunan ini berfungsi sebagai menara air karena berfungsi untuk mengalirkan air keseluruh kota sehingga juga dikenal juga sebagai Kantor Ledeng. Saat ini gedung ini berfungsi sebagai Kantor Walikota Palembang dan terdapat lampu sorot di puncak gedung yang mempercantik wajah kota di malam hari.
-    Kambang Iwak Family Park, sebuah danau wisata yang terletak di tengah kota, dekat dengan tempat tinggal walikota Palembang. Di tepian danau ini terdapat banyak arena rekreasi keluarga dan ramai dikunjungi pada hari libur. Selain itu di tengah danau ini terdapat air mancur yang tampak cantik di waktu malam.
-     Hutan Wisata Punti Kayu, sebuah hutan wisata kota yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota dengan luas 50 ha dan sejak tahun 1998 ditetapkan sebagai hutan lindung. Didalam hutan ini terdapat area rekreasi keluarga dan menjadi tempat hunian sekelompok monyet lokal.
-    Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sebuah site peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepian Sungai Musi. Terdapat sebuah prasasti batu peninggalan Kerajaan di area ini.
-     Taman Purbakala Bukit Siguntang, terletak di perbukitan sebelah barat Kota Palembang. Di tempat ini terdapat banyak peninggalan dan makam-makam kuno Kerajaan Sriwijaya.
-     Monumen Perjuangan Rakyat, terletak di tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung dan Jembatan Ampera. Sesuai dengan namanya di dalam bangunan ini terdapat benda-benda peninggalan sejarah pada masa penjajahan.
-      Museum Balaputradewa, sebuah museum yang menyimpan banyak benda - benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
-     Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, terletak di dekat Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak dan dulunya merupakan salah satu peninggalan Keraton Palembang Darussalam. Didalamnya terdapat banyak benda - benda bersejarah Kota Palembang.
-    Museum Tekstil, terletak di Jl. Merdeka museum ini menyimpan benda - benda tekstil dari seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.
Pulau Kemaro
     Kawah Tengkurep.
-       Kampung Kapitan.
-       Kampung Arab.
-       Fantasy Island.
-       Bagus Kuning.
-       Pusat Kerajinan Songket.
-       Pulau Kemaro.
-       Kilang Minyak Pertamina.
-       Pabrik Pupuk Pusri.
-       Sungai Gerong.

Bagi anda yang menganggap bahwa kota ini adalah kota yang membosankan, lebih baik hapus anggapan itu segera. Selain wisata khasnya, palembang juga memiliki banyak tempat berbelanja tradisional (pasar) dan modern (mall), hotel, dan lokasi berolahraga seperti Stadion Gelora Sriwijaya atau Stadion Jakabaring yang merupakan stadion multifungsi terbesar ke-3 di Indonesia dan akan digunakan sebagai stadion utama SEA Games 2011 di Palembang.

Palembang merupakan kota yang menarik bukan? Mari kita lebih dekat dan mengenal kota Palembang!



Sumber:
Foto:
Dokumen pribadi

Rabu, 10 Agustus 2011

Museum Sumpah Pemuda

Salah satu peristiwa bersejarah yang dialami oleh bangsa indonesia adalah peristiwa sumpah pemuda. Untuk mengetahui mengenai sejarah sumpah pemuda, anda dapat mengunjungi salah satu tempat bersejarah di jalan keramat raya no.106, Jakarta pusat bernama Museum Sumpah Pemuda. Museum ini tidak hanya memiliki informasi mengenai peristiwa sumpah pemuda saja, melainkan juga berbagai informasi mengenai kegiatan para pemuda indonesia dalam berjuang membangun bangsa indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Berikut ini adalah sejarah museum sumpah pemuda. 

Pada awal abad ke-20 mulai berdiri banyak sekolah di Indonesia, karena itu kebutuhan atas pemondokan pelajar di kota-kota besar terutama Jakartapun muncul. Sangat disayangkan, pada saat itu pondokan khusus di sekolah yang disebut internaat atau kostschool tidak mampu menampung para pemondok yang terus bertambah. Sehingga muncullah rumah-rumah keluarga yang diubah menjadi rumah pondokan atau kosthuis dengan peraturan yang dianggap tidak seketat peraturan di internaat atau kostschool. Gedung museum sumpah pemuda di jalan keramat no. 106 ini termasuk dari salah satu pemondokkan tersebut.

Gedung ini memiliki luas tanah 1.041 m2, bangunan utama seluas 460 m2, dan 14 paviliun yang masing-masing seluas 45 m2. Gedung utama tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, melainkan juga digunakan untuk debat politik, ruang baca, dan bermain bilyar.

Pada awal pembukaan pemondokkan, gedung milik Sie Kong Liong ini digunakan sebagai tempat pemondokkan para anggota jong java yang kemudian gedung ini dijadikan tempat latihan kesenian dan diskusi politik yang dinamakan langen siswo.

Sejak tahun 1926 penghuni gedung kramat 106 mulai beragam dari berbeda suku dan perguruan tinggi seperti amir syafiruddin, moh. Yamin, assaat dt moeda, a. k. gani, aboe hanifah, moh. Tamzil, dan lain-lain. Mereka semua adalah pemuda  yang bercita-cita tinggi, bersemangat tinggi, dan memiliki prestasi yang tidak kalah dengan bangsa Belanda. Mereka membicarakan mengenai tanah air, bangsa, dan bahasa yang akan digunakan kelak ketika Indonesia sudah merdeka.

Dengan beragamnya pemondok di Gedung Kramat 106 ini, konsep persatuan nasional adalah landasan bagi kegiatan diskusi para mahasiswa. Selain itu, kegiatan mahasiswapun bertambah dengan adanya kegiatan kepanduan dan olahraga.

Lambat laun timbullah gagasan untuk mendirikan perhimpunan pelajar yang mendorong bersatunya seluruh organisasi pemuda. Pada September 1926 diumumkanlah pendirian Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan menjadikan Gedung Kramat 106 ini sebagai pusat kegiatan PPPI.

Dengan berdirinya PPPI, kegiatan diskusi para mahasiswa bersama dengan para tamu undanganpun menjadi semakin sering dan terarah. Mereka sering membicarakan mengenai bentuk negara yang ideal bagi Indonesia merdeka, poenale sanctie, dan lain-lain. Merekapun sering melakukan perdebatan mengenai revolusi-revolusi yang terjadi di dunia seperti revolusi amerika (1776), revolusi perancis (1789) yang diperdebatkan sampai berbulan-bulan, revolusi cina (1911), dan revolusi rusia (1917). Akibat kondisi sosial yang penuh dengan tekanan menyebabkan para mahasiswa mempelajari berbagai teori mengenai kebebasan dan keadilan sosial seperti pemikiran-pemikiran sun yixian, gandhi, Garibaldi, plato, aristoteles, nocolo machievelli, thomas hobbes, montesque, dan  jean jacques rousseau. Buku yang penting bagi mereka adalah buku karya John Stuart Mill yang begitu besar berpengaruh terhadap Kostitusi AS mendapat perhatian lebih dari para mahasiswa karena apa yang terjadi di AS ada persamaan dengan apa yang terjadi di Indonesia.

Menurut dr. Roesmali (ketua IC), sejak tahun 1928 gedung Kramat 106 diberi nama Indonesische Clubgebouw atau indonesische clubhuis disingkat IC. Papan nama IC dipajang di depan gedung Kramat 106 dan hal ini termasuk perbuatan yang berani karena pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda sedang ada di bawah kekuasaan  Gubernur Jendral H. J. de Graff yang menjalankan politik tangan besi.

Pada tahun 1928 gedung Kramat 106 dijadikan tempat kongres pemuda kedua yang melahirkan sumpah pemuda. Gedung Kramat 106 menjadi pusat kegiatan mahasiswa sampai tahun 1934. Setelah tahun 1934 kegiatan IC dialihkan ke jalan Kramat No. 156. Dengan Adenan Kapau Gani sebagai ketua klub, IC berubah nama menjadi Club Indonesische.

Kemudian, gedung disewakan kepada Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal (1934-1937), Long Jing Tjoe sebagai toko bunga (1937-1948) dan hotel Hersia (1948-1951), dan disewakan pada Inspektorat Bea dan Cukai sebagai kantor dan penampungan karyawannya (1951-1970).

Gagasan untuk melestarikan Gedung Kramat 106 berawal dari dr. Roesmali yang kemudian membentuk sebuah panitia yang beliau ketuai sendiri. Dengan Tan In Hok sebagai bendahara dan kemenakan Prof. Mr. Muhammad Yamin dan ayah Prof. Dr. Harsja Wardhana sebagai anggotanya. Panitia menghubungi walikota DKI Jakarta, Raden Sjamsuridjal. Kemudian walikota yang menggantikannya, Soediro dijadikan Ketua Yayasan Gedung-gedung Bersejarah (Kramat 106, Stovia, dan Menteng 31).

Kemudian upaya diteruskan oleh Prof. Mr. Soenario yang menghubungi tokoh-tokoh yang turut dalam kongres pemuda kedua untuk bersama-sama memperjuangkan upaya pelestarian ini agar pemerintah mau memberi perhatian pada Gedung Kramat 106. Para tokoh tersebut mengirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta, Letnan Jendral TNI Ali Sadikin pada 15 Oktober 1968 yang berisi permintaan perhatian Gedung Kramat 106 dan mengembalikannya ke bentuk semula. Para tokoh ini khawatir jika gedung ini dibongkar maka nilai sejarah yang terkaandung di dalamnya akan hilang sama-sekali. Kalau gedung tempat dicetuskannya sumpah pemuda ini tidak terpelihara, maka lama-kelamaan peristiwa itu sendiri akan terlupakan.

Pada tanggal 4 Desember Pds. Direktur Purbakala dan Sejarah mengeluarkan Surat Keputusan  nomor: 2163/G.3/69 mengenai Pernyataan Kembali Bangunan Purbakala/Bersejarah di wilayah DKI Jakarta. Tanggal 10 Januari 1972 Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No.238 tahun 1931 yang menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya.

Gedung Kramat 106 dipugar oleh Pemda DKI (3 April 1973 – 20 Mei 1973) dan merubah nama Gedung Kramat 106 menjadi Gedung Sumpah Pemuda yang peresmiannya dilakukan pada  20 Mei 1973 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Pada tanggal 30 Mei 1974 gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto. Pada tahun 1983 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto mengeluarkan Kepmendikbud No. 029/O/1983, 7 Februari 1983 yang menyatakan bahwa Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT di lingkungan Direktorat Jendral Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda.

Sekian adalah sejarah singkat mengenai Museum Sumpah Pemuda. Jika anda tertarik untuk mengunjungi Museum Sumpah Pemuda, berikut ini informasi umum mengenai Museum Sumpah Pemuda:

Alamat
Jalan Kramat Raya No.106, Jakarta Pusat 10420
Telp. 3103217, 3154546; Fax. 3154546

Jam Buka
Selasa – Jumat                         : 08.00 – 15.00 WIB
Sabtu – Minggu                       : 08.00 – 14.00 WIB
Senin/Hari besar                      : Tutup

Tiket Masuk
-          Dewasa                    :         Perorangan  : Rp 2.000,00
            Rombongan : Rp 1.000,00
-          Anak-anak               :         Perorangan  : Rp 1.000,00
Rombongan : Rp 500,00
-          Pengunjung asing      :         Rp 10.000,00
Dengan datang ke Museum Sumpah Pemuda, anda dapat melihat bagaimana semangat berjuang dan belajar para pemuda demi bangsa Indonesia yang mudah-mudahan dapat memotivasi semua pihak agar mencontoh semangat tersebut. Mari bersama kita berkunjung ke museum dan janganlah melupakan sejarah.

Oleh: Wanda Anindita.
Daftar Pustaka: Darmansyah, dkk. 2010. Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.
 Foto: dokumen pribadi dan http://www.google.com.

Foto patung tokoh-tokoh sumpah pemuda

   Foto monumen persatuan pemuda
Foto patung W. R. Supratman