Name Tag

Rabu, 08 Januari 2014

QUALITY MANAGEMENT AND PROBLEM ON OPERATIONAL MANAGEMENT - MANAJEMEN OPERASIONAL

PENGERTIAN KUALITAS

Terdapat berbagai macam pengertian kualitas. Mutu atau kualitas diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut sesuai dengan tujuan diproduksinya produk tersebut. Dari sisi produsen, mutu/kualitas adalah komposisi teknis yang didasarkan pada spesifikasi teknis dari suatu produk. Dari sisi konsumen, mutu/kualitas adalah kemampuan produk untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh konsumen terhadap produk tersebut.

            Mutu pada umumnya didefinisikan sebagai kecocokan penggunaan. Hal ini berarti bahwa produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan, artinya produk itu cocok dengan penggunaan pelanggan. Kemudian, kecocokan tersebut dikaitkan dengan nilai yang diterima pelanggan dan kepuasan pelanggan. Mutu dari segi pelanggan kerap dikaitkan dengan nilai, kegunaan, atau bahkan harga. Dari segi produsen, mutu dikaitkan dengan merancang dan membuat produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

            Menurut American Society for Quality, kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang tampak atau samar.

            Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa mutu adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan yang mampu memenuhi harapan konsumen agar konsumen memperoleh kepuasan dan mampu cocok dengan produk atau jasa yang kita produksi.

            Kualitas barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan sangatlah penting. Berikut adalah tiga alasan mengapa kualitas itu penting:

·         Reputasi Perusahaan

Suatu organisasi percaya bahwa reputasi mengikuti kualitas, baik itu baik maupun buruk. Kualitas akan muncul sebagai presepsi tentang produk perusahaan, kebiasaan pekerjanya, dan hubungan pemasoknya.

·         Kehandalan Produk

Kehandalan produk yang dimaksudkan di sini adalah kemanan bagi para konsumen dan lingkungan. Jika produk yang dihasilkan tidak aman atau merugikan konsumen dan lingkungan, maka perusahaan dapat ditindak oleh pihak yang berwenang dan bukan tidak mungkin terpaksa ditutup.

·         Keterlibatan Global

Bagi perusahaan dan negara yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, produk harus dapat memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS

Mutu dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

·         Fungsi suatu barang

Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi produk tersebut sehingga produk yang dihasilkan mampu memenuhi tujuan/fungsinya dengan tepat. Tujuan/fungsi tersebut tercermin dari kecepatan, daya tahan, kegunaan, berat, bunyi, kemudahan perawatan, dan kepercayaannya.

·         Wujud luar

Untuk menentukan mutu produk, terkadang konsumen melihat dari wujud luar. Meski barang yang dihasilkan secara teknis telah maju dan berkualitas baik, bila wujud luarnya kuno dan kurang menarik, dapat menyebabkan produk tidak disukai oleh kosumen.

·         Biaya barang tersebut

Umumnya, harga suatu barang mencerminkan mutu yang dimiliki oleh produk tersebut. Jika seandainya suatu produk memiliki harga yang tinggi namun memiliki kualitas yang rendah, artinya perusahaan mengalami inefisiensi.

BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUTU

            Gagasan yang kuat dalam bidang mutu adalah menghitung biaya mutu. Biaya mutu adalah biaya yang dikeluatkan agar mampu memenuhi persayaratan atau kebutuhan pelanggan, yaitu biaya untuk mencegah melakukan hal yang salah pada produk. Adapun unsur-unsur biaya mutu adalah sebagai berikut:

·         Biaya pencegahan (prevention)

Merupaka biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha untuk mencapai mutu tertentu dan meminimalkan produk cacat / apkir (scrap). Biaya yang termasuk ke dalam biaya ini adalah:

-          Biaya untuk perencanaan mutu dan pengawasan proses. Termasuk kegiatan menyatakan desain.

-          Biaya untuk perencanaan dan pemasangan alat-alat maupun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan utnuk mencapai mutu yang telah ditetapkan.

-          Biaya training pekerja mengenai pengertian dan cara (prosedur dan teknik) pengendalian mutu, serta proyek khusus lainnya dalam usaha untuk memperbaiki mutu.

·         Biaya penaksiran (appraisal)

Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengecekkan dan usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu. Dengan kata lain, biaya penaksiran adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari produk yang dihasilkan. Biaya yang termasuk biaya ini adalah:

-          Biaya pemeriksaan bahan-bahan yang diterima, baik pemeriksaan dalam laboratorium maupun pengukuran lainnya, dan kegiatan menghubungi supplier dalam membicarakan mengenai masalah mutu bahan baku yang diterima.

-          Biaya pemeriksaan dan penilaian mutu dari produk yang dihasilkan, baik saat masih dalam proses pengolahan, maupun sesudahnya.

-          Biaya penyortiran produk.

-          Biaya lainnya yang dikeluarkan untuk pencatatan pada saat pengecekan dan perawatan alat-alat ukur dan uji.

·         Biaya Kegagalan (Failure)

Biaya ini dapat terjadi akibat adanya kegagalan internal dan kegagalan eksternal sehingga tidak tercapainya mutu yang telah ditentukan dalam spesifikasi. Kegagalan internal disebabkan oleh faktor internal seperti adanya biaya yang dikeluarkan saat pengolahan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan internal adalah:

-          Biaya pembetulan produk cacat.

-          Biaya yang timbul akibat bahan baku cacat.

-          Pembelian komponen atau bahan baku yang baru untuk menggantikan komponen atau bahan baku yang tidak dapat digunakan.

-          Biaya penyelidikan dan pembetulan atas kondisi produksi atau pengolahan yang tidak dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

Kegagalan eksternal disebabkan oleh faktor eksternal seperti biaya yang dikeluarkan sesudah produk yang dihasilkan sampai ke tangan pembeli. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan eksternal meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan atau penggantian dari produk yang gagal atau rusak sesudah sampai ke tangan pembeli, serta untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu produk dalam pasaran.

INSPEKSI

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut:

·         Rangkaian atau Urutan (Sequence)

Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan atau pengujian produk haruslah diperoleh dalam urutan proses produksi yang benar. Karena kondisi yang sesuai untuk suatu pengontrolan proses, hanya dapat diperoleh dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil-hasil statistic yang sehubungan dengan pelaksanaan produksi menurut urutan yang benar.

·         Analisis

Analisis mengenai penyimpangan (deviasi) dari spesifikasi akan lebih berguna daripada analisis kegiatan-kegiatan bagian, karena analisis tersebut dapat menunjukkan satu sifat atau karakteristik pada suatu saat, situasi yang sesungguhnya pada saat itu, dan sifat-sifat atau karakteristik yang dapat diawasi dan dikontrol dengan suatu perhatian tertentu pada proses.

·         Kesegaran (Immediacy)

Hasil pemeriksaan harus dapat diperoleh sesegera mungkin, agar penyimpangan-penyimpangan dapat segera dibetulkan. Dengan maksud agar penyesuaian hendaknya dapat dilakukan, sebelum penyimpangan yang terjadi berlangsung terlalu lama, sehingga barang-barang yang apkir atau bahan-bahan yang di bawah standar tidak terlalu banyak. Yang perlu diperhatikan, keterlambatan yang terjadi di antara produksi dan pemeriksaan atau inspeksi akan dapat menggagalkan usaha-usaha pengontrolan itu sendiri.

·         Penentuan Tingkat Tindakan (Action) yang akan dilakukan

Bila masing-masing karakteristik telah dikumpulkan secara terperinci dalam bentuk suatu statistik, maka derajat deviasi yang dapat diterima harus telah ditentukan lebih dahulu, sebelum langkah-langkah perbaikan atau penyesuaian terhadap proses itu diambil.

·         Hubungan (Relevance)

Analisis mengenai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari standar hendaknya dilakukan, sehingga tanda-tanda statistik yang dipergunakan ada hubungannya dengan faktor-faktor dalam proses yang dapat dikontrol.

Tujuan Inspeksi

            Pengawasan mutu dilakukan dengan 3 cara, yaitu inspeksi, pemberian keterangan, dan penyelidikan (inspection, inform, and investigate). Pengawasan mutu dilakukan agar:

·         Agar produk dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.

·         Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

·         Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

·         Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Inspeksi meliputi pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pemeriksaan produk. Secara umum, tujuan inspeksi adalah sebagai berikut:

·         Pengontrolan (control). Untuk tujuan-tujuan pengontrolan proses.

·         Penerimaan (acceptance). Sehubungan dengan prosedur-prosedur pemeriksaan guna memonitori kelompok-kelompok barang, untuk dapat menentukan apakah akan diterima atau ditolak.

Proses Inspeksi

Inspeksi dilakukan pada setiap tahap dan siklus dari pemikiran tentang hasil sampai ke perencanaan pengumpulan bahan-bahan pengolahan, pengepakan, penjualan, dan lamanya suatu hasil dapat dipergunakan. Dengan inspeksi dapat ditemukan sampai mana barang memiliki kualitas yang dikehendaki. Apabila keterangan-keterangan yang didapat selama inspeksi diteruskan ke bagian lain, maka bagian tersebut akan diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah dilakukan dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpangan-penyimpangan yang harus dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpangan, sehingga kemungkinan kegiatan yang mungkin salah terdapat pada suatu bagian, maka kegiatan produksi selanjutnya dihentikan dan cara-cara untuk menghindari terjadinya kesalahan lagi perlu diberikan.

Kegiatan inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sampel dan mengukur atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan penyingkatan, mempertunjukkan dan memberi komentar, mungkin perlu mekualitasskan pengambilan tindakan yang dibutuhkan, dan untuk memberitahukan jaminan, peringatan atau tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisisan catatan-catatan tentang pengawasan, dan mungkin memimpin pelaksanaan percobaan-percobaan pada proses atau dalam laboratorium.

Inspeksi dalam Proses

Secara garis besar, pengawasan mutu dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:

·         Pengawasan Selama Pengolahan (proses)

Banyak cara pengawasan mutu berkenaan dengan proses yang teratur. Contoh dari hasil diambil pada jarak waktu yang sama dan dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik. Apabila memulainya salah, maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semula untuk penyesuaian kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses haruslah berurutan dan teratur.

·         Pengawasan atas Barang Hasil yang Telah Diselesaikan

Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat-tingkat proses, namun tidak menjamin bahwa tidak ada produk yang rusak. Untuk menjaga agar produk yang rusak tidak sampai ke pembeli, maka harus diadakan pengawasan atas barang produk selesai. Adanya pengawasan seperti ini tidak dapat mengadakan perbaikan dengan segera.

Kapan dan di Mana Inspeksi Dilakukan

Memutuskan kapan dan di mana inspeksi dilakukan akan bergantung pada jenis prosesnya dan nilai tambahnya pada setiap tahap. Inspeksi dapat dilakukan pada salah satu titik berikut:

·         Pada pabrik pemasok saat pemasok sedang memproduksi.

·         Pada tempat di mana produk diterima dari pemasok.

·         Sebelum dilakukannya proses yang mahal dan tidak dapat dibalikkan.

·         Selama tahap demi tahap dalam proses produksi.

·         Saat produksi atau jasa selesai dibuat.

·         Sebelum pengantaran ke pelanggan.

·         Pada titik kontak dengan pelanggan.

Tujuh perangkat TQM (Total Quality Management) yang dibahas di atas, membantu dalam mengambil keputusan kapan dan di mana inspeksi dilakukan.

Frekuensi Inspeksi

            Idealnya, produk harus dibuat dengan baik agar tidak membutuhkan inspeksi. Namun pada prakteknya, penting untuk menginspeksi beberapa produk. General Electric menginspeksi 5% dari produksi pada proses yang membutuhkan mesin. Tapi, untuk produk yang dibuat tanpa mesin, naik menjadi 10%.

            Jumlah barang yang harus diinspeksi merupakan masalah jika tanpa dilakukan inspeksi menyebabkan barang banyak rusak dan membutuhkan lebih banyak biaya. Namun di sini, unsur probabilitas lebih penting daripada memutuskan kapan untuk menginspeksi.

            Probabilitas penting karena di beberapa kasus, inspeksi bisa dan harus dilakukan dengan sampling. 100% inspeksi terkadang terlalu mahal kecuali pengujiannya otomatis dan merupakan bagian dari proses manufaktur, dan hal tersebut tidak biasa dilakukan. Di beberapa situasi, 100% inspeksi tidak dapat digunakan dalam pengujian yang tidak bisa digunakan dalam pengujian yang dapat menghancurkan produk yang diuji.

            Bahan baku borongan harus lolos seleksi dengan sampling. Tidak akan mungkin untuk menguji setumpuk batu bara atau membakar satu tangki gas untuk mengetahui tingkat panasnya. Atau untuk melihat setiap butir gandum di dalam truk angkut untuk melihat kualitas gandumnya.

            Frekuensi inspeksi dilakukan tidak boleh terlalu sering dan tidak boleh terlalu jarang. Jika terlalu sering dilakukan, inspeksi dapat memakan biaya yang besar dan mampu mengurangi efektifitas mesin. Sedangkan jika terlalu jarang dilakukan, kualitas produk tidak terjaga dengan baik dan jika ada kerusakan mesin akan terlambat ditangani. Frekuensi inspeksi ini harus dipertimbangkan secara matang dengan mempertimbangkan pengalaman dan jadwal program.

Sistem Pengawasan Statistikal

Sistem pengawasan statistikal dilakukan dengan Statistical Quality Control. SQC adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan. SQC merupakan penggunaan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi.

SQC terdiri atas penggunaan diagram dan prinsip statistik, serta tindakan para pekerja untuk mengawasi proses pengolahan. Pada kenyataannya SQC meliputi penganalisisan sample dan menarik kesimpulan mengenai karakteristik dari seluruh barang dimana sample tadi diambil. Dengan menggunakan sampling dan penarikan kesimpulan secara statistik (statistic inference), maka SQC dapat digunakan untuk menerima atau menolak (menyatakan apkir) produk yang telah diproduksi.

Apabila SQC digunakan untuk menentukan penerimaan atau penolakan seluruh hasil produksi / dasar sample, maka disebut acceptance sampling. Jika jumlah penolakan tidak dapat memutuskan, maka dilakukan penambahan sample yang disebut double atau multiple sampling.

SQC didasari oleh sampling, probabilitas, dan statistic inference, yaitu pengambilan keputusan untuk keseluruhan atas dasar karakteristik dari suatu sample. Pengambilan sample didasarkan bahwa inspeksi memakan biaya yang besar, kurang diperlukan, menjemukan, tidak dapat dipercaya, serta dalam hal tertentu tidak dapat dilakukan.

Atribut

Cara-cara sampling dapat diklasifikasikan berdasarkan cara sebagai berikut:

·         Attributes

Jika karakteristik bersifat kualitatif atau hanya penentuan memuaskan dan tidak memuaskan, maka hal ini dikatakan sebagai pemeriksaan dengan attributes.

·         Variabel-variabel

Pemeriksaan dengan variabel berarti bahwa karakteristik itu diukur secara kuantitatif.

Pengambilan Sample

Tujuan pengambilan sample adalah untuk memperoleh informasi dengan biaya yang lebih kecil daripada dengan melakukan pemeriksaan keseluruhan (full inspection) atau ketika full inspection tidak dapat dilakukan. Keuntungan dari pengambilan sample ini adalah informasi dapat diperoleh lebih cepat karena hanya perlu memeriksa sebagian kecil dari seluruh barang dan dapat digunakan dalam hal pengetesan atau pengujian pada hasil akhir (finished product) yang merupakan cara pengujian yang merusak atau semi-destructive.

Pengklasifikasian lebih lanjut dapat dilakukan sehubungan dengan teknik sampling sebagai berikut:

·         Single Sampling

Sample yang terdiri dari sejumlah barang yang tertentu jumlahnya, diambil secara sembarang dari sekumpulan barang-barang itu. Jika barang rusak (defect) jumlahnya kurang dari suatu jumlah yang ditentukan maka kumpulan barang tersebut dapat diterima. Dan jika jumlah barang rusak tersebut melebihi jumlah yang ditetapkan, kumpulan barang tadi ditolak (rejected).

·         Double Sampling

Dilakukan dengan sample dalam dua tingkat, yaitu:

-          Sampling pertama: dilakukan seperti single sampling. Jika barang rusak (defect) jumlahnya kurang dari suatu jumlah yang ditentukan maka kumpulan barang tersebut dapat diterima. Dan jika jumlah barang rusak tersebut melebihi jumlah yang ditetapkan, maka akan dilakukan pengambilan sample sekali lagi pada kumpulan barang tadi.

-          Sampling ke dua: hasil pengambilan sample ini menentukan diterima atau ditolaknya kumpulan barang itu.

·         Sequential Sampling

Jika pengambilan sample sampai tiga kali atau lebih, maka hal ini dikatakan cara-cara sequential.

Keuntungan Metode Statistik

Menggunakan metode statistik memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

·         Pengawasan (control), di mana penyelidikan yang diperlukan untuk dapat menerapkan statistical control mengharuskan bahwa syarat-syarat mutu pada situasi itu dan kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun dalam proses.

·         Pengerjaan kembali barang yang apkir (scrap rework). Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan dalam proses sebelum terjadinya hal serius dan akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses dengan spesifikasi. Sehingga jumlah barang apkir dapat berkurang.

·         Biaya-biaya pemeriksaan. Karena statistical control dilakukan dengan mengambil sample dan menggunakan sampling techniques, maka hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu diperiksa. Hal ini menyebabkan biaya pemeriksaan dapat berkurang.

Pemeliharaan Fasilitas

            Maintenance atau pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas / peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian / penggantian yang diperlukan agar kegiatan operasi / produksi berjalan memuaskan. Jadi dengan adanya maintenance ini maka fasilitas / peralatan pabrik dapat digunakan untuk produksi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama aktifitas produksi sebelum waktu yang ditentukan.

            Tujuan utama fungsi pemeliharaan adalah:

·         Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi.

·         Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.

·         Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.

·         Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya.

·         Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja.

·         Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah.

Kegiatan pemeliharaan dalam suatu pabrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

·         Preventive Maintenance

Merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan selama proses produksi. Pemeliharaan ini sangat penting karena kegunaannya yang sangat efektif dalam menghadapi fasilitas produksi yang termasuk ke dalam critical unit. Dalam prakteknya, preventive maintenance ini dibedakan atas:

-          Routine Maintenance

Merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin, misalkan setiap hari. Contoh: pembersihan fasilitas, pelumasan (lubrication), pengecekkan oli dan bahan bakar, serta pemenasan mesin sebelum digunakan.

-          Periodic Maintenance

Merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalkan satu minggu sekali, lalu meningkat setiap satu bulan sekali, dan akhirnya setiap satu tahun sekali. Kegiatan pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan memakai lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan, misalkan seratus jam mesin sekali. Kegiatan pemeliharaan periodik ini jauh lebih berat daripada kegiatan pemeliharaan rutin. Contoh: pembongkaran carburator atau pembongkaran alat-alat di bagian sistem aliran bensin, penyetelan katup-katup pemasukan dan pembuangan silinder mesin dan pembongkaran mesin / fasilitas tersebut untuk pengganti pelor roda (bearing), serta service dan overhaul besar ataupun kecil.

·         Corrective atau Breakdown Maintenance

Merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjaidnya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

            Semua tugas pemeliharaan masuk ke dalam lima tugas pokok, yaitu:

·         Kegiatan Inspeksi (Inspections)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala (routine schedule check) pada bangunan dan peralatan pabrik sesuai dengan rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan dari hasil pengecekan tersebut.

·         Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan ini meliputi percobaan atas peralatan yang baru dibeli dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan atau komponen peralatan yang perlu diganti, melakukan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut, penyelidikan sebab-sebab terjadinya kerusakan pada peralatan tertentu, dan cara-cara mengatasinya.

·         Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin dan peralatan.

·         Pekerjaan Administrasi (Clerical Work)

Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan mengenai biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen yang dibutuhkan, progress report tentang apa yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, dan komponen yang tersedia di bagian pemeliharaan.

·         Pemeliharaan Bangunan (House Keeping)

Menjaga agar bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya. Seperti mengecat dan membersihkan gedung, WC, halaman, dll.

            Terdapat enam syarat agar pemeliharaan dapat berjalan efisien, yaitu:

·         Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan.

·         Harus ada planning dan scheduling.

·         Harus ada surat perintah (work orders) yang tertulis.

·         Harus ada persediaan alat/spareparts (stores control).

·         Harus ada catatan (records).

·         Harus ada laporan, pengawasan, dan analisis (report, control, and analysis).

Penanganan Bahan (Material handling)

Material handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan dalam proses di dalam pabrik, kegiatan mana dimulai dari bahan-bahan masuk ke pabrik sampai saat barang jadi akan dikeluarkan sari pabrik. Perusahaan-perusahaan yang maju menyatakan bahwa pekerjaan material handling merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik dan memakan biaya lebih dari 50% dari seluruh biaya produksi.

Kegiatan di pabrik terdiri dari:

·         Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja yang disebut make ready.

·         Melakukan kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang yang disebut do.

·         Memindahkan barang dari tempat kerja yang disebut put away.

Dari informasi tersebut, maka diketahui bahwa sebagian besar kegiatan produksi merupakan kegiatan material handling yang meliputi kegiatan mengangkat, mengangkut, dan menempatkan bahan-bahan ke tempat pengerjaan. Bila pada bagian produksi terdapat kesalahan dalam memindahkan barang, maka biaya material handling akan membengkak dan waktu pemindahannyapun (handling time) akan menjadi lebih lama.

            Biaya material handling ini terdiri atas upah untuk orang yang memindahkan bahan (material handler), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan barang yang digunakan, dan biaya-biaya yang tidak bisa dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya.

            Bagian material handling perlu berkoordinasi dengan aspek produksi seperti product design, plant lay out, production planning, dan packing. Tugas-tugas bagian material handling adalah sebagai berikut:

·         Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan material handling dilakukan sehingga lebih efisien.

·         Merencanakan, mengadakan pengujian dari perkembangan alat material handling yang baru.

·         Memberikan nasihat mengenai perbaikan cara pemindahan material dan dalam pemasangan peralatan.

·         Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan material handling.

Peralatan material handling yang biasanya dipergunakan dalam suatu perusahaan dapat dibedakan dalam 2 macam. Yaitu:

·         Fix Path Equipment

Yaitu peralatan material handling yang sudah tetap digunakan dalam suatu proses produksi dan tidak dapat digunaka untuk maksud lain. Contoh: Derek, lift, dan ban berjalan.

·         Varied Path Equipment

Yaitu peralatan material handling yang bersifat fleksibel untuk berbagai macam tujuan dan tidak hanya untuk memindahkan satu jenis barang. Contoh: bermacam-macam truk, forklift, dan kereta dorong.

PERencanaAN Kapasitas

            Kapasitas memiliki banyak makna, diantaranya adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Kapasitas juga dikatakan merupakan hasil produksi atau volume pemrosesan atau jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah modal sehingga memengaruhi sebagian besar biaya tetap.

            Kapasitas juga menentukan apakah permintaan dapat terpenuhi atau apakah fasilitas yang ada akan berlebih. Jika fasilitas terlalu besar, sebagian fasilitasnya akan menganggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada. Jika fasilitasnya terlalu kecil, pelanggan dan pasar secara keseluruhan akan hilang. Maka, untuk mencapai tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, penetapan ukuran fasilitas sangat menentukan.

            Untuk menciptakan keputusan yang baik mengenai kapasitas, ada empat pertimbangan khusus yang perlu diperhatikan, yaitu:

·         Ramalkan permintaannya secara akurat.

·         Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas.

·         Temukan tingkat operasi (volume) yang optimal.

·         Dibuat untuk perubahan.

Jika permintaan melebihi kapasitas, perusahaan dapat membatasi permintaan dengan menaikkan harga, membuat penjadwalan dengan lead time yang panjang (yang mungkin tak dapat diabaikan), dan menguragi bisnis dengan keuntungan marginal.

Jika kapasitas melebihi permintaan, perusahaan mungkin perlu merangsang permintaan melalui pengurangan harga atau pemasaran yang agresif, atau mungkin menyesuaikan diri terhadap pasar melalui perubahan produk.

·         Kapasitas Desain dan Kapasitas Efektif

Kapasitas desain (design capacity) adalah output maksimum sistem secara teoritis pada suatu periode waktu tertentu dengan kondisi yang ideal. Persentase dari kapasitas desain yang sesungguhnya telah dicapai disebut utilisasi.

Kapasitas efektif (effective capacity) adalah kapasitas yang diperkirakan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada sekarang, atau kapasitas yang diperkirakan dapat dicapai dengan bauran produk, metode penjadwalan, pemeliharaan, dan standar kualitas tertentu. Persentase dari kapasitas efektif yang sesungguhnya telah dicapai disebut efisiensi.

Untuk menentukan kapasitas yang harus dimiliki oleh sebuah fasilitas untuk mendapatkan keuntungan, maka perlu menggunakan analisis titik impas. Titik impas (break-even point) adalah titik di mana total biaya sama dengan total keuntungan.

Elemen-elemen dalam analisis titik impas adalah sebagai berikut:

·         Biaya tetap. Merupakan biaya yang akan tetap ada walaupun tidak ada satupun unit yang diproduksi.

·         Biaya variabel. Merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan banyaknya unit yang diproduksi.

·         Kontribusi. Merupakan perbedaan antara harga jual dan biaya variabel. Laba bersih hanya diperoleh saat kontribusi total melebihi biaya tetap total.

·         Fungsi pendapatan.

Grafik di atas memperlihatkan gambar titik impas dasar. Terdapat titik impas di perpotongan antara total biaya dan total pendapatan, kerugian di sebelah kiri titik impas, dan keuntungan di sebelah kanan titik impas.

            Rumus yang berkaitan dengan titik impas dalam unit ini dan dolar ditunjukkan di bawah ini:

BEPx   = Titik impas dalam unit

BEP$   = Titik impas dalam dolar

P          = Harga per unit (setelah semua potongan)

x          = Jumlah unit yang diproduksi

TR       = Pendapatan total = Px

F          = Biaya tetap

V         = Biaya variabel per unit

TC       = Biaya total = F + Vx

Titik impas terjadi karena total biaya = total pendapatan. Oleh karena itu:

TR = TC atau Px = F + Vx

Untuk menemukan nilai x, diperoleh:

Perusahaan menentukan biaya tetapnya adalah $ 10.000 pada periode ini. Biaya tenaga kerja langsung $ 1,50 per unit dan biaya bahan baku $ 0,75 per unit. Harga jual $ 4,00 per unit. Hitung titik impas dalam dollar dan unitnya!

Setelah analisis titik impas dilakukan, dianalisis, dan dipertimbangkan layak, keputusan jenis dan kapasitas peralatan yang diperlukan dapat diambil.

            Jika kebutuhan kasapsitas bergantung pada suatu ketidakpastian yang sifatnya signifikan, maka model probabilistiknya mungkin saja tepat. Teknik untuk membuat keputusan perencanaan kapasitas yang sukses dengan permintaan yang tidak pasti adalah teori keputusan yang meliputi penggunaan pohon keputusan.

            Pohon keputusan membutuhkan identifikasi alternatif dan berbagai keadaan. Untuk situasi perencanaan kapasitas, keadaannya biasanya merupakan permintaan masa depan atau kondisi yang disukai pasar. Contoh:

Alternatif:       1. Tidak melakukan apapun

                        2. membangun sebuah pabrik kecil

                        3. membangun sebuah pabrik sedang

                        4. membangun sebuah pabrik besar   

Pabrik ini akan digunakan untuk memproduksi baju seragam jenis baru, dan saat ini kemampuan pasar produk ini belum diketahui. Jika sebuah pabrik besar dibangun dan terdapat pasar yang menguntungkan, laba diperkirakan $100.000, jika terdapat pasar yang merugikan, rugi diperkirakan $90.000. Untuk pabrik berukuran sedang, jika terdapat pasar yang menguntungkan, laba diperkirakan $60.000, jika terdapat pasar yang merugikan, rugi diperkirakan $10.000. Untuk pabrik berukuran kecil, jika terdapat pasar yang menguntungkan, laba diperkirakan $40.000, jika terdapat pasar yang merugikan, rugi diperkirakan $5.000.       Penelitian pasar terkini mengindikasikan terdapat kemungkinan sebesar 0,4 bahwa pasar menguntungkan, dan kemungkinan pasar akan merugikan sebesar 0,6. Maka dengan informasi di atas, dapat dipilih alternatif yang akan menghasilkan nilai uang yang diperkirakan (expected monetary value, EMV) yang maksimal. Untuk itu, kita buat pohon keputusan dan hitung EMV untuk setiap cabang:

EMV (pabrik besar)    = (0,4 x $100.000) + (0,6 x -$90.000)            = - $14.000

EMV (pabrik sedang) = (0,4 x $60.000) + (0,6 x -$10.000)              = + $18.000

EMV (pabrik kecil)     = (0,4 x $40.000) + (0,6 x -$5.000)                = + $13.000

EMV (tidak melakukan apa-apa)                                                        = $0

Berdasarkan EMV, pabrik berukuran sedang harusnya didirikan.

Daftar Pustaka

Assauri, Sofjan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Empat. Jakarta: FEUI.

Buffa, Elwood S. 1991. Manajemen Operasi Modern Jilid 1 Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Erlangga.

Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Manajemen Operasi Buku 1 Jilid 9. Jakarta: Salemba Empat.

Schroeder, Roger G. 1994. Manajemen Operasi Jilid 2 Edisi Ke Tiga. Jakarta: Erlangga.

Franklin, Moore G. dan Thomas E. Hendrick. 1980. Production/Operations Management Eight Edition. United States: Richard D. Irwin, Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar