Ujian Teori
Ekonomi 1
Journal of Economic Growth, Welfare, and
Distribution
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Agustya
Lisdayanti (20211399)
Raycard
Destion Daniel (25211919)
Wanda
Anindita (27211355)
SMAK 05-3
Universitas
Gunadarma
2012
Abstraksi
Jurnal
ini menganalisa mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan,
dan distribusi pendapatan yang bersumber dari jurnal-jurnal yang telah ada.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal. Akan tetapi, peningkatan perekonomian Indonesia ternyata tidak selalu dibarengi dengan peningkatan dalam segi kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan.
Menurut
Segel dan Bruzy (1998: 8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari
suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi,
kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Faktor-faktor tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya
pemerataan distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan
merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan
individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula
variasi dalam distribusi pendapatan.
Pemerintah harus menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi
dengan kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan, sehingga ketika
perumbuhan ekonomi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat serta distribusi
pendapatan pun juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi,
Kesejahteraan, dan Distribusi.
Latar Belakang
Sistem
demokrasi yang dianut Indonesia setelah merdeka, adalah Demokrasi Terpimpin,
yaitu era dimana “politik menjadi panglima”. Presiden Soekarno memfokuskan
pembangunan pada upaya peningkatan “persatuan dan kesatuan bangsa”. Fokus ini membuat
perekonomian di Indonesia tidak tertata dengan rapi (miss management). Sebagai akibatnya perekonomian menjadi semakin
hancur.
Pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk
suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung tiga
unsur, yaitu: (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan
yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan
sendiri untuk investasi baru; (2) usaha meningkatkan pendapatan per kapita; (3)
kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:
2000). Namun sebagai upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat
luas, tujuan dasar pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk
mengejar pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan
pendapatan antar masyarakat. Karena ketidakmerataan distribusi pendapatan
masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Arsyad: 1997).
Di
era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memfokuskan diri pada pembangunan
di “bidang perekonomian”. Ini ditandai dengan adanya grand planning pembangunan yaitu Repelita yang dimulai tahun 1969.
Pada masa ini pembangunan perekonomian fokus pada upaya meningkatkan investasi
luar negeri dan perdagangan. Perkembangan perekonomian Indonesia secara
keseluruhan terlihat mengesankan. Pertumbuhan ekonomi ini, menurut Anwar A.
(1996) dalam Munandar et al (2007), disebabkan karena meningkatnya konsumsi
masyarakat serta kegiatan investasi baik PMDN maupun PMA serta beberapa sektor
kegiatan perekonomian lainnya sejak tahun 1994 sampai dengan awal tahun 1997.
Namun
di sisi lain menurut Kwik Kian Gie (2009), pertumbuhan yang tinggi ini ternyata
dibarengi oleh ketimpangan yang sangat besar antara Indonesia Bagian Barat dan
Indonesia Bagian Timur, antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, antara
perkotaan dan perdesaan, serta antara kelompok etnis yang satu dengan kelompok
etnis lainnya.
Masalah
ketimpangan pendapatan telah lama menjadi persoalan pelik dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan
berkembang. Ketimpangan pendapatan terjadi akibat adanya distribusi pendapatan
yang kurang merata. Masalah distribusi pendapatan mengandung dua aspek. Aspek pertama
adalah bagaimana menaikkan tingkat kesejahteraan mereka yang masih berada di bawah
garis kemiskinan, sedangkan aspek kedua adalah pemerataan pendapatan secara
menyeluruh dalam arti mempersempit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk
atau rumah tangga. Keberhasilan mengatasi aspek yang pertama dapat dilihat dari
penurunan persentase penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
Sementara keberhasilan memperbaiki distribusi pendapatan secara menyeluruh,
adalah jika laju pertambahan pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju
pertambahan pendapatan golongan kaya.
Kondisi
sejahtera (well-being) biasanya
menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social
welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non-material.
Menurut Midgley (2000) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai “… a condition or state of human well-being”.
Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena
kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan
pendapatan dapat terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari
resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.
Berdasarkan
apa yang telah dijabarkan di atas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan sosial, dan distribusi pendapatan saling berhubungan satu sama
lain. Untuk meneliti keterkaitan ketiganya secara lebih mendalam, kamipun
menyusun jurnal yang berjudul “Journal of Economic Growth, Welfare, and
Distribution”.
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka masalah yang akan
dibahas dalam jurnal ini adalah mengenai keterkaitan antara pertumbuhan
ekonomi, kesejahteraan sosial, dan distribusi pendapatan.
Analisis
A.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi (Economic Growth) adalah
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah. Pertambahan potensi memproduksi
seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan
demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono
Sukirno, 1994; 10). Kenaikan produktivitas masukan
menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran.
Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan
teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi (Case dan
Fair, 1999; 326).
Pertumbuhan
ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product,
GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai
pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu
tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara. Kenaikan
GDP dapat muncul melalui kenaikan penawaran tenaga kerja. Penawaran tenaga
kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui kenaikan modal fisik
atau sumber daya manusia, melalui kenaikan stok modal dapat juga menaikkan
keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
adalah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu
pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal. Di
bawah ini kami sajikan grafik mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Grafik di atas merupakan grafik pertumbuhan ekonomi
Indonesia sejak tahun 1998 hingga tahun 2008. Pada tahun 1998/1999 perekonomian
Indonesia merupakan keadaan perekonomian yang sangat buruk. Hal tersebut
mengindikasikan adanya masalah pada faktor sumber daya manusia, faktor sumber
daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor
sumber daya modal di Indonesia. Kemudian di tahun-tahun berikutnya perekonomian
di Indonesia secara umum selalu mengalami perbaikan dan peningkatan. Hal
tersebut terjadi karena Indonesia terus memperbaiki dan mengolah faktor sumber
daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi,
faktor budaya, dan faktor sumber daya modal dengan lebih baik.
B.
Kesejahteraan Sosial
Menurut Segel
dan Bruzy (1998:8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu
masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi,
kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Sedangkan Wilensky dan Lebeaux (1965: 138)
merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari
pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan
kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal
dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan
kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Salah
satu landasan hukum yang dijadikan acuan adalah undang-undang nomor 6 tahun
1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. Dalam penjelasan
umum ditetapkan bahwa “lapangan kesejahteraan sosial adalah sangat luas dan
kompleks, mencakup antara lain, aspek-aspek pendidikan, kesehatan, agama,
tenaga kerja, kesejahteraan sosial (dalam arti sempit), dll ”. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kamerman dan Kahn (1979) yang menjelaskan 6 komponen atau
subsistem dan kesejahteraan sosial, yaitu: (1) pendidikan, (2) kesehatan, (3)
pemeliharaan penghasilan, (4) pelayanan kerja, (5) perumahan, (6) pelayanan
sosial personal.
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsycHtexh36wCtDzV1JGQ19rq2LDntq_YxdX-3POuRgLsGR0LXxwCFAS32wc9DMOdVPdoAFr3ERFUBsROY9a1P6Yafxo1ormD3MZ_iL3jSUX-dHJfKINDvZoHQEpN-JzvXGWdJ86Jk_d_R/s400/Picture1.png
Gambar di atas menggambarkan tingkat kemiskinan penduduk berbagai
daerah di Indonesia. Warna hijau melambangkan daerah yang tingkat kemiskian
penduduknya rendah, warna kuning melambangkan daerah dengan tingkat kemiskinan
penduduk sedang, sedangkan yang berwarna merah merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan penduduk
yang tinggi. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kesejahteraan di Indonesia
tidak merata karena sebagian besar penduduk miskin berada di Indonesia bagian
timur. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan, kesehatan,
pemeliharaan penghasilan, pelayanan kerja, perumahan,
dan
pelayanan sosial personal di daerah-daerah
tersebut.
C.
Distribusi Pendapatan
Distribusi
pendapatan nasional adalah pencerminan merata atau timpangnya pembagian hasil
pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy, 1999). Distribusi
pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu distribusi ukuran yang
merupakan besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing
orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor
produksi (Todaro, 2000).
Dari
dua definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi pendapatan
mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau
negara baik yang diterima masing-masing orang ataupun dari kepemilikan
faktor-faktor produksi dikalangan penduduknya.
Menurut
Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris (dalam Lincoln Arsyad, 1997) ada 8 hal yang
menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang
berkembang, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya
pendapatan per kapita, inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak
diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang, ketidakmerataan pembangunan antar daerah, investasi
yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (Capital Insentive) yang menjadikan persentase pendapatan modal dari
kerja tambahan lebih besar dibandingkan
dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga
pengangguran bertambah, rendahnya mobilitas sosial, pelaksanaan kebijakan
industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil
industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis, memburuknya nilai
tukar (term of trade), dan hancurnya industri kerajinan rakyat seperti
pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.
Distribusi Ukuran Pendapatan Perorangan di Satu Negara
Berdasarkan Pangsa Pendapatan – Kuintil dan Desil
Individu
|
Pendapatan/orang
(unit uang)
|
Pangsa (%)
Kuintil
|
Pangsa (%)
Desil
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
0,8
1,0
1,4
1,8
1,9
2,0
2,4
2,7
2,8
3,0
3,4
3,8
4,2
4,8
5,9
7,1
10,5
12,0
13,5
15,0
|
5
9
13
22
51
|
1,8
3,2
3,9
5,1
5,8
7,2
9,0
13,0
22,5
28,5
|
Total (pendapatan
nasional) 100
|
100
|
100
|
|
Catatan: Ukuran
ketimpangan = jumlah pendapatan dari 40 persen rumah tangga termiskin dibagi
dengan jumlah pendapatan dari 20 persen rumah tangga terkaya = 14/51 = 0,28.
|
Sumber: http://dedysuarjaya.blogspot.com/2010/09/distribusi-pendapatan.html
Dalam tabel tersebut, semua penduduk negara tersebut
diwakili oleh 20 individu (atau lebih tepatnya rumah tangga). Kedua
puluh rumah tangga tersebut kemudian diurutkan berdasarkan jumlah pendapatannya
per tahun dari yang terendah (0,8 unit), hingga yang tertinggi (15
unit). Adapun pendapatan total atau pendapatan nasional yang
merupakan penjumlahan dari pendapatan semua individu adalah 100 unit, seperti
tampak pada kolom 2 dalam tabel tersebut. Dalam kolom 3, segenap
rumah tangga digolong-golongkan menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri
dari 4 individu atau rumah tangga. Kuintil pertama menunjukkan 20
persen populasi terbawah pada skala pendapatan. Kelompok ini
hanya menerima 5 persen (dalam hal ini adalah 5 unit uang) dari pendapatan
nasional total. Kelompok kedua (individu 5-8) menerima 9 persen dari pendapatan
total. Dengan kata lain, 40 persen populasi terendah (kuintil 1 dan
2) hanya menerima 14 persen dari pendapatan total, sedangkan 20 persen teratas
(kuintil ke lima) dari populasi menerima 51 persen dari pendapatan total.
D.
Hubungan antara Pertumbuhan
Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, dan
Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan
rata-rata di suatu negara. Namun, menurut Maskin
dan Basu, pertumbuhan
ekonomi tidak selalu menjamin kesejahteraan penduduk karana adanya globalisasi.
Globalisasi adalah salah satu
penyebab ketimpangan kesejahteraan, terutama di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Globalisasi dapat menaikkan pendapatan rata-rata, tetapi menimbulkan
masalah yaitu
distribusi pendapatan. Globalisasi hanya menguntungkan
tenaga kerja yang terlatih dan terdidik.
Mereka yang tidak terlatih akan tertinggal dan
bahkan pendapatan mereka akan turun.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
kesejahteraan dapat diukur melalui pendidikan, kesehatan, pemeliharaan
penghasilan, pelayanan kerja, perumahan, dan pelayanan sosial. Faktor-faktor
tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya pemerataan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapat antara
individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar
jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan. Jika
ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kelompok miskin, maka
perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.
Pemerintah harus menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi
dengan kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan, sehingga ketika pertumbuhan
ekonomi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat serta distribusi pendapatanpun
juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi (Economic Growth) adalah
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah yang umumnya diukur berdasarkan kenaikan GDP riil per
kapita atau Produk Domestik Bruto. Dengan faktor sumber daya manusia, faktor
sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan
faktor sumber daya modal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Meski
Indonesia mengalami ekonomi yang buruk tahun 1998/1999 namun pada tahun-tahun
berikutnya secara umum perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dan
perbaikan. Akan tetapi, peningkatan perekonomian Indonesia ternyata tidak
selalu dibarengi dengan peningkatan dalam segi kesejahteraan sosial serta
distribusi pendapatan.
Menurut Segel
dan Bruzy (1998: 8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu
masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi,
kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Sedangkan Wilensky dan Lebeaux (1965: 138)
merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari
pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan
kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada
individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kesejahteraan
sosial dapat diukur melalui pendidikan, kesehatan,
pemeliharaan penghasilan, pelayanan kerja, perumahan,
dan
pelayanan social. Faktor-faktor
tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya pemerataan distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan
merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan
individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula
variasi dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi
antara kelompok kaya dan kaum miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar
menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.
Oleh sebab itu, pemerintah tidak boleh hanya memandang
dan memikirkan peningkatan pertumbuhan ekonomi saja tanpa memandang kesejahteraan
sosial serta distribusi pendapatan di antara masyarakatnya. Jika pemerintah dapat mengimbangi antara pertumbuhan
ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan, maka akan menciptakan
kesejahteraan sosial.
Daftar Pustaka
kalo pertumbuhan ekonomi bukan ukuran yang pas tetapi kesejahteraan ukuran pas, lantas bagaimana mengukur kesejahteraan?
BalasHapussilahkan dibaca lagi poin B tentang kesejahteraan sosial di atas. tertera banyak indikator mengenai kesejahteraan sosial menurut para ahli. :) thank's
Hapuskalau untuk mengukur kualitas hidup bagaimana?
BalasHapusbagaimana cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sedang mengalami globalisasi?
BalasHapus