Name Tag

Selasa, 06 November 2012

Jurnal Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Kesejahteraan, dan Distribusi





 


Ujian Teori Ekonomi 1
Journal of Economic Growth, Welfare, and Distribution

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Agustya Lisdayanti           (20211399)
Raycard Destion Daniel    (25211919)
Wanda Anindita                (27211355)
SMAK 05-3
Universitas Gunadarma
2012






Abstraksi
          Jurnal ini menganalisa mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan distribusi pendapatan yang bersumber dari jurnal-jurnal yang telah ada.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal. Akan tetapi, peningkatan perekonomian Indonesia ternyata tidak selalu dibarengi dengan peningkatan dalam segi kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan.
Menurut Segel dan Bruzy (1998: 8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Faktor-faktor tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya pemerataan distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan.
Pemerintah harus menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan, sehingga ketika perumbuhan ekonomi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat serta distribusi pendapatan pun juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.


Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Kesejahteraan, dan Distribusi.

Latar Belakang
Sistem demokrasi yang dianut Indonesia setelah merdeka, adalah Demokrasi Terpimpin, yaitu era dimana “politik menjadi panglima”. Presiden Soekarno memfokuskan pembangunan pada upaya peningkatan “persatuan dan kesatuan bangsa”. Fokus ini membuat perekonomian di Indonesia tidak tertata dengan rapi (miss management). Sebagai akibatnya perekonomian menjadi semakin hancur. 

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu: (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha meningkatkan pendapatan per kapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana: 2000). Namun sebagai upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat luas, tujuan dasar pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk mengejar pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat. Karena ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Arsyad: 1997).

Di era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memfokuskan diri pada pembangunan di “bidang perekonomian”. Ini ditandai dengan adanya grand planning pembangunan yaitu Repelita yang dimulai tahun 1969. Pada masa ini pembangunan perekonomian fokus pada upaya meningkatkan investasi luar negeri dan perdagangan. Perkembangan perekonomian Indonesia secara keseluruhan terlihat mengesankan. Pertumbuhan ekonomi ini, menurut Anwar A. (1996) dalam Munandar et al (2007), disebabkan karena meningkatnya konsumsi masyarakat serta kegiatan investasi baik PMDN maupun PMA serta beberapa sektor kegiatan perekonomian lainnya sejak tahun 1994 sampai dengan awal tahun 1997.

Namun di sisi lain menurut Kwik Kian Gie (2009), pertumbuhan yang tinggi ini ternyata dibarengi oleh ketimpangan yang sangat besar antara Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur, antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kelompok etnis yang satu dengan kelompok etnis lainnya.

Masalah ketimpangan pendapatan telah lama menjadi persoalan pelik dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan berkembang. Ketimpangan pendapatan terjadi akibat adanya distribusi pendapatan yang kurang merata. Masalah distribusi pendapatan mengandung dua aspek. Aspek pertama adalah bagaimana menaikkan tingkat kesejahteraan mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan, sedangkan aspek kedua adalah pemerataan pendapatan secara menyeluruh dalam arti mempersempit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk atau rumah tangga. Keberhasilan mengatasi aspek yang pertama dapat dilihat dari penurunan persentase penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Sementara keberhasilan memperbaiki distribusi pendapatan secara menyeluruh, adalah jika laju pertambahan pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju pertambahan pendapatan golongan kaya.

Kondisi sejahtera (well-being) biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Menurut Midgley (2000) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai “… a condition or state of human well-being”. Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan di atas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan distribusi pendapatan saling berhubungan satu sama lain. Untuk meneliti keterkaitan ketiganya secara lebih mendalam, kamipun menyusun jurnal yang berjudul “Journal of Economic Growth, Welfare, and Distribution”.

Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam jurnal ini adalah mengenai keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan distribusi pendapatan.

Analisis
A.              Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994; 10). Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi (Case dan Fair, 1999; 326).

Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara. Kenaikan GDP dapat muncul melalui kenaikan penawaran tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak.

Kenaikan GDP dapat muncul melalui kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia, melalui kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal. Di bawah ini kami sajikan grafik mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Grafik di atas merupakan grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 hingga tahun 2008. Pada tahun 1998/1999 perekonomian Indonesia merupakan keadaan perekonomian yang sangat buruk. Hal tersebut mengindikasikan adanya masalah pada faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal di Indonesia. Kemudian di tahun-tahun berikutnya perekonomian di Indonesia secara umum selalu mengalami perbaikan dan peningkatan. Hal tersebut terjadi karena Indonesia terus memperbaiki dan mengolah faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal dengan lebih baik.

B.              Kesejahteraan Sosial
Menurut Segel dan Bruzy (1998:8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Sedangkan Wilensky dan Lebeaux (1965: 138) merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Salah satu landasan hukum yang dijadikan acuan adalah undang-undang nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial. Dalam penjelasan umum ditetapkan bahwa “lapangan kesejahteraan sosial adalah sangat luas dan kompleks, mencakup antara lain, aspek-aspek pendidikan, kesehatan, agama, tenaga kerja, kesejahteraan sosial (dalam arti sempit), dll ”. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamerman dan Kahn (1979) yang menjelaskan 6 komponen atau subsistem dan kesejahteraan sosial, yaitu: (1) pendidikan, (2) kesehatan, (3) pemeliharaan penghasilan, (4) pelayanan kerja, (5) perumahan, (6) pelayanan sosial personal.
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsycHtexh36wCtDzV1JGQ19rq2LDntq_YxdX-3POuRgLsGR0LXxwCFAS32wc9DMOdVPdoAFr3ERFUBsROY9a1P6Yafxo1ormD3MZ_iL3jSUX-dHJfKINDvZoHQEpN-JzvXGWdJ86Jk_d_R/s400/Picture1.png

Gambar di atas menggambarkan tingkat kemiskinan penduduk berbagai daerah di Indonesia. Warna hijau melambangkan daerah yang tingkat kemiskian penduduknya rendah, warna kuning melambangkan daerah dengan tingkat kemiskinan penduduk sedang, sedangkan yang berwarna merah merupakan  daerah dengan tingkat kemiskinan penduduk yang tinggi. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kesejahteraan di Indonesia tidak merata karena sebagian besar penduduk miskin berada di Indonesia bagian timur. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan, kesehatan, pemeliharaan penghasilan, pelayanan kerja, perumahan, dan pelayanan sosial personal di daerah-daerah tersebut.

C.              Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional adalah pencerminan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy, 1999). Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu distribusi ukuran yang merupakan besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi (Todaro, 2000).

Dari dua definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi pendapatan mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima masing-masing orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi dikalangan penduduknya.

Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris (dalam Lincoln Arsyad, 1997) ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita, inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang, ketidakmerataan pembangunan antar daerah, investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (Capital Insentive) yang menjadikan persentase pendapatan modal dari kerja tambahan lebih besar dibandingkan dengan persentase  pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah,  rendahnya mobilitas sosial, pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis, memburuknya nilai tukar (term of trade), dan hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.

Distribusi Ukuran Pendapatan Perorangan di Satu Negara Berdasarkan Pangsa Pendapatan – Kuintil dan Desil
Individu
Pendapatan/orang
(unit uang)
Pangsa (%)
Kuintil
Pangsa (%)
Desil
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0,8
1,0
1,4
1,8
1,9
2,0
2,4
2,7
2,8
3,0
3,4
3,8
4,2
4,8
5,9
7,1
10,5
12,0
13,5
15,0



5



9



13



22



51

1,8

3,2

3,9

5,1

5,8

7,2

9,0

13,0

22,5

28,5
Total (pendapatan nasional)    100
100
100
Catatan:  Ukuran ketimpangan = jumlah pendapatan dari 40 persen rumah tangga termiskin dibagi dengan jumlah pendapatan dari 20 persen rumah tangga terkaya = 14/51 = 0,28.
Sumber: http://dedysuarjaya.blogspot.com/2010/09/distribusi-pendapatan.html

Dalam tabel tersebut, semua penduduk negara tersebut diwakili oleh 20 individu (atau lebih tepatnya rumah tangga).  Kedua puluh rumah tangga tersebut kemudian diurutkan berdasarkan jumlah pendapatannya per tahun dari yang terendah (0,8 unit), hingga yang tertinggi (15 unit).  Adapun pendapatan total atau pendapatan nasional yang merupakan penjumlahan dari pendapatan semua individu adalah 100 unit, seperti tampak pada kolom 2 dalam tabel tersebut.  Dalam kolom 3, segenap rumah tangga digolong-golongkan menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 individu atau rumah tangga.  Kuintil pertama menunjukkan 20 persen populasi terbawah pada skala pendapatan.   Kelompok ini hanya menerima 5 persen (dalam hal ini adalah 5 unit uang) dari pendapatan nasional total. Kelompok kedua (individu 5-8) menerima 9 persen dari pendapatan total.  Dengan kata lain, 40 persen populasi terendah (kuintil 1 dan 2) hanya menerima 14 persen dari pendapatan total, sedangkan 20 persen teratas (kuintil ke lima) dari populasi menerima 51 persen dari pendapatan total.

D.                Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, dan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan rata-rata di suatu negara. Namun, menurut Maskin dan Basu, pertumbuhan ekonomi tidak selalu menjamin kesejahteraan penduduk karana adanya globalisasi. Globalisasi adalah salah satu penyebab ketimpangan kesejahteraan, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Globalisasi dapat menaikkan pendapatan rata-rata, tetapi menimbulkan masalah yaitu distribusi pendapatan. Globalisasi hanya menguntungkan tenaga kerja yang terlatih dan terdidik. Mereka yang tidak terlatih akan tertinggal dan bahkan pendapatan mereka akan turun.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kesejahteraan dapat diukur melalui pendidikan, kesehatan, pemeliharaan penghasilan, pelayanan kerja, perumahan, dan pelayanan sosial. Faktor-faktor tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya pemerataan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapat antara individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kelompok miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.

Pemerintah harus menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan, sehingga ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat serta distribusi pendapatanpun juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah yang umumnya diukur berdasarkan kenaikan GDP riil per kapita atau Produk Domestik Bruto. Dengan faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Meski Indonesia mengalami ekonomi yang buruk tahun 1998/1999 namun pada tahun-tahun berikutnya secara umum perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dan perbaikan. Akan tetapi, peningkatan perekonomian Indonesia ternyata tidak selalu dibarengi dengan peningkatan dalam segi kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan. 

Menurut Segel dan Bruzy (1998: 8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Sedangkan Wilensky dan Lebeaux (1965: 138) merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kesejahteraan sosial dapat diukur melalui pendidikan, kesehatan, pemeliharaan penghasilan, pelayanan kerja, perumahan, dan pelayanan social. Faktor-faktor tersebut tidak akan terpenuhi tanpa adanya pemerataan distribusi pendapatan.

Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kaum miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.

Oleh sebab itu, pemerintah tidak boleh hanya memandang dan memikirkan peningkatan pertumbuhan ekonomi saja tanpa memandang kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan di antara masyarakatnya. Jika pemerintah dapat mengimbangi antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan, maka akan menciptakan kesejahteraan sosial.

             
















Daftar Pustaka

http://www.oocities.org/hri_d/MataKuliah/PI.html

4 komentar:

  1. kalo pertumbuhan ekonomi bukan ukuran yang pas tetapi kesejahteraan ukuran pas, lantas bagaimana mengukur kesejahteraan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan dibaca lagi poin B tentang kesejahteraan sosial di atas. tertera banyak indikator mengenai kesejahteraan sosial menurut para ahli. :) thank's

      Hapus
  2. kalau untuk mengukur kualitas hidup bagaimana?

    BalasHapus
  3. bagaimana cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sedang mengalami globalisasi?

    BalasHapus